Belajar Menerima Keadaan

Oby Zamisyak

Evaluasi Diri
Evaluasi Diri

Akhir-akhir ini kehidupanku tidak sesuai dengan ekspektasiku. Tapi kalau difikir-fikir ternyata ekspektasi itulah yang membuat kita tidak bersyukur. Tamparan keras kemarin menghampiriku. Bahkan tamparan ini jauh lebih sakit daripada tidak menang suatu kompetisi.

Ekspektasi Tidak Mencerminkan Kondisi

Ekspektasi atau harapan adalah istilah yang lebih dikenal pada kajian psikologi industri dan organisasi. Menurut Boeree 2005: 516 mengartikan ekspektasi sebagai sebuah kesenangan yang tidak konstan, yang muncul dari gagasan mengenai sesuatu di masa depan atau masa lalu tentang masalah yang kadang kita khawatirkan ketika kita mendeteksi kemungkinan kesenangan dalam sebuah situasi tidak tentu yang berlawanan, maka kita merasakan harapan.

Memang rumit dalam memahami ekspektasi. Namun kita tetap harus memiliki goals yang realistis dan tidak menduga-duga. Beberapa hari yang lalu aku terlalu sering menceritakan pencapaian dan berbagai kesenangan yang terlihat mudah aku dapatkan di tahun ini.

Semua itu berujung tragis, tiba-tiba tamparan keras datang tiada hujan tiada angin bahkan semua sudah berjalan dengan normal. Kondisi inilah yang membuat aku kaget dan juga langsung teringat apa dosa-dosa yang sudah dilakukan.

Tidak Semua Orang Senang dengan Rencana Kita

Memang betul tidak semua senang dengan rencana kita. Tapi namanya bangga dan senang membagikan kabar gembira memang bawaan manusia. Ibarat sistem, itu sudah bloatware atau default apps dari bawaan sistem. Ya memang seperti itulah. Aku yakin aku punya banyak salah nih dengan beberapa orang yang aku kasih kabar gembira bagiku tapi tidak gembira bagi mereka.

Darisini aku sadar namanya rencana tidak perlu dikoa-koarkan. Bahkan pencapaian ini itu tidak perlu dishare yang berlebih. Saya percaya penyakit ain itu ada dan nyata. Tidak hanya berlaku ke fisik namun juga berlaku ke rencana-rencana kita.

Diam Lebih Baik untuk Saat Ini

Di beberapa kondisi memang aku lagi banyak yang monitoring. Karena kebetulan ada beberapa program yang jalan secara bersamaan. Hal itu tentunya mengundang hati-hati iri dengki dengan pencapaianku. Ya disini semua sudah jelas bahwa diam jauh lebih baik. Aku jadi takut untuk share sesuatu yang sifatnya pamer dan lain sebagainya. Mungkin niat kita baik untuk berbagi. Namun Alloh akan tetap paham dengan kondisi hati kita. Mau iri dengki marah sedih dan sebagainya. Alloh maha tahu segalanya. Mulai sekarang diam lebih baik untuk saat ini.

Bergerak Tanpa Suara dan Gambar

Kita tidak dapat membolak balikan hati seseorang. Semuanya perlu dijaga, baik itu fikiran hati dan Ekspektasi. Tahun ini banyak sekali hal yang terjadi namun semua itu sadar karena dari diriku sendiri yang suka berbagi kabar kesenangan di rekan kerja atau teman-teman ku. Ya kita tidak tahu ternyata inilah yang terjadi. Sedih, marah, kecewa semua jadi satu. Mugkin tulisan ini tidak jelas arahnya kemana. Yang jelas hati sedang kacau. Satu-satunya solusi adalah menerima keadaan, tawakal dan tetap ikhtiar secara lahir dan batin. Semoga bermanfaaat.

Baca Juga

Bagikan:

Tags

2 pemikiran pada “Belajar Menerima Keadaan”

Tinggalkan komentar